Metode dan Strategi Pembelajaran dalam Al-Qur'an dengan Metode Teladan/Meniru
Manusia banyak belajar dengan cara meniru. Dari kecil
ia sudah meniru kebiasaan atau tingkah laku kedua orang tua dan
saudara-saudaranya. Misalnya, ia mulai belajar bahasa dengan berusaha meniru
kata-kata yang diucapkan saudaranya berulang-ulang kali dihadapannya.
Begitu juga dalam hal berjalan ia berusaha meniru cara
menegakkan tubuh dan menggerakkan kedua kaki yang dilakukan orang tua dan
saudara-saudaranya. Demikianlah manusia belajar banyak kebiasaan dan tingkah
laku lewat peniruan kebiasaan maupun tingkah laku keluarganya.
Al-Qur’an sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana
manusia belajar melalui metode teladan/meniru. Ini dikemukakan dalam kisah pembunuhan
yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya Habil. Bagaimana ia tidak tahu cara
memperlakukan mayat saudaranya itu. Maka Allah memerintahkan seekor burung
gagak untuk menggali tanah guna menguburkan bangkai seekor gagak lain. Kemudian
Qabil meniru perilaku burung gagak itu untuk mengubur mayat saudaranya Habil. Allah SWT berfirman:
فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الأرْضِ
لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ
أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ
النَّادِمِينَ (٣١)
Terjemahnya:
“Kemudian
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini. Lalu aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini?”. Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang
menyesal.” (Q.S. Al-Maidah/5: 31)
Melihat tabiat manusia yang cenderung untuk meniru dan
belajar banyak dari tingkah lakunya lewat peniruan. Maka, teladan yang baik
sangat penting artinya dalam pendidikan dan pengajaran. Nabi Muhammad SAW.
sendiri menjadi suri tauladan bagi para sahabatnya, dari beliau mereka belajar
bagaimana mereka melaksanakan berbagai ibadah.
Ada sebuah Hadist yang menceritakan bahwa para sahabat
meniru salat sunnah witir Nabi SAW:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ
عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ عَنْ
سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ أَسِيرُ مَعَ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بِطَرِيقِ مَكَّةَ فَقَالَ سَعِيدٌ فَلَمَّا خَشِيتُ
الصُّبْحَ نَزَلْتُ فَأَوْتَرْتُ ثُمَّ لَحِقْتُهُ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
عُمَرَ أَيْنَ كُنْتَ فَقُلْتُ خَشِيتُ الصُّبْحَ فَنَزَلْتُ فَأَوْتَرْتُ فَقَالَ
عَبْدُ اللَّهِ أَلَيْسَ لَكَ فِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِسْوَةٌ حَسَنَةٌ فَقُلْتُ بَلَى وَاللَّهِ قَالَ فَإِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوتِرُ عَلَى الْبَعِيرِ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Isma’il berkata, telah menceritakan
kepadaku Malik dari Abu Bakar bin ‘Umar bin ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin
‘Umar bin Al Khaththab dari Sa’d bin Yasar bahwa dia berkata: “Aku bersama
‘Abdullah bin ‘Umar pernah berjalan di jalanan kota Makkah. Sa’id berkata, “Ketika aku khawatir akan
(masuknya waktu) Shubuh, maka aku pun singgah dan melaksanakan shalat witir.
Kemudian aku menyusulnya, maka Abdullah bin Umar pun bertanya, “Dari mana saja
kamu?” Aku menjawab, “Tadi aku khawatir akan (masuknya waktu) Shubuh, maka aku
singgah dan melaksanakan shalat witir.” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Bukankah
kamu telah memiliki suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam?” Aku menjawab, “Ya. Demi Allah.” Abdullah bin Umar berkata,
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat witir di
atas untanya.” (H.R. Bukhari)
Allah SWT telah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan
panutan. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah ada pada pribadi Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan hari akhir dan dia
banyak dzikrullah.” (QS. Al-Ahzab/33: 21)
Melalui suri tauladan yang baik, manusia dapat belajar
kebiasaan baik dan akhlak yang mulia. Sebaliknya jika suri tauladannya buruk
manusia akan terjerumus pada kebiasaan yang buruk dan akhlak yang tercela.
Komentar
Posting Komentar