Metode dan Strategi Pembelajaran dalam Al-Qur'an dengan Metode Pengalaman Praktis/Trial and Eror dan Metode Berpikir
Seseorang yang hidup tidak akan luput dari sesuatu
yang bernama problem, bahkan manusia juga dapat belajar dari problem tersebut,
sehingga memiliki pengalaman praktis dari permasalahannya. Situasi-situasi baru
yang belum diketahuinya mengajak manusia berfikir bagaimana menghadapi dan
bagaimana harus bertindak. Dalam situasi demikian, manusia memberikan respons
yang beraneka ragam. Kadang mereka keliru dalam menghadapinya, tetapi kadang
juga tepat.
Dengan demikian manusia belajar lewat “Trial and
Error”, (belajar dari mencoba dan membuat salah) memberikan respons
terhadap situasi-situasi baru dan mencari jalan keluar dari problem yang
dihadapinya.
Al-Qur’an
dalam beberapa ayatnya memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan pengamatan
dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta. Dalam Q.S.
Al-Ankabut: 20 Allah SWT berfirman:
قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ
الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٠)
Terjemahnya:
Katakanlah:
“Berjalanlah di (muka) bumi. Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”(Q.S.
Al-Ankabut/29: 20)
Perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk
mengamati dan memikirkan alam semesta dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya,
mengisyaratkan dengan jelas perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk
belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal, pengalaman praktis dalm
kehidupan sehari-hari, ataupun lewat interaksi dengan alam semesta, berbagai
makhluk dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. ini bisa dilakukan dengan
metode pengalaman praktis, “trial and error” atau pun dengan metode berfikir.
Nabi SAW sendiri telah mengemukakan tentang pentingnya
belajar dari pengalaman praktis dalam kehidupan yang dinyatakan dalam hadis yang
di tahrij oleh Imam Muslim berikut:
حَدَّثَنَا
أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ كِلاَهُمَا عَنِ
اْلأَسْوَدِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَسْوَدُبْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ سَلَمَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ
بِقَوْمٍ يُلَقِّحُوْنَ فَقَالَ لَوْ لَمْ تَفْعَلُوْا لَصَلُحَ قَالَ فَخَرَجَ شِيْصًا فَمَرَّ
بِهِمْفَقَالَ مَا لِنَخْلِكُمْ قَالُوْا قُلْتَ كَذَا وَكَذَا قَالَ أَنْتُمْ
أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
Artinya:
Abu Bakar bin Abi Saybah dan Amr al-Naqidh bercerita
kepadaku. Keduanya dari al-Aswad bin Amir. Abu Bakr berkata, Aswad bin Amir
bercerita kepadaku, Hammad bin Salmah bercerita kepadaku, dari Hisham bin Urwah
dari ayahnya dari Aisyah dan dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu’anhu: Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma
lalu beliau bersabda: “Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan
(tetap) baik. Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam
keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati
mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya: ‘Ada apa dengan pohon kurma kalian? Mereka menjawab;
Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau lalu bersabda:
‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (H.R. Muslim)
Hadis di atas mengisyaratkan tentang belajarnya
manusia membuat respon-respon baru lewat pengalaman praktis dari berbagai
situasi baru yang dihadapinya, dan berbagai jalan pemecahan dari
problem-problem yang dihadapinya.
Mengenai jenis belajar lewat pengalaman praktis atau “trial
and error” ini, al-Qur’an mengisyaratkan dalam ayat berikut:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ (٧)
Terjemahnya:
“Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai.”(Q.S. Ar-Rum/30: 7)
Al-Qurtubi,
dalam menafsirkan ayat ini, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari
kehidupan dunia”, berkata: Yakni masalah penghidupan dan duniawi mereka. Kapan mereka harus menanam dan menuai dan bagaimana
harus menanam dan membangun rumah.
Komentar
Posting Komentar